Hari minggu kemaren, saat rebutan laptop sama Uce itu, aku
badmood baca sms abang yang bilang “jangan drama ah”. Mungkin memang akunya
yang lagi (atau selalu) sensitive dan bener kata abang selalu manja. Aku tambah
kesel saat malemnya, saat Uce lagi di WC, (salah akunya juga untuk) minjem android untuk liat mention. Tapi ternyata whatsappnya
belum ketutup. Aku tambah kesel saat ga sengaja baca “bener, dia mah jangan
dibelain” sama “aku juga bungsu tapi ga kayak gitu”. Mata aku panas. Aku ga tau
kenapa harus nangis tapi ternyata akhirnya aku nangis juga haha.
Aku rasanya pengen ngirim sinyal SOS ke siapapun yang bisa
ngerti aku saat itu. Aku pengen sms Mb Nida tapi hape rusak. Aku pengen nulis
di laptop tapi laptopnya masih dipake Uce. Akhirnya aku ambil pena dan kertas
seketemunya. Di balik kertas P3A geografi aku tulisin semuanya, aku tulisin kalo
aku keseeeeeeeeeeeeel banget. Dan aku tambah kesel saat aku lagi nulis itu
semua dan Uce bilang “cie adek, the galauer!” ergh!
Dan malem ini, hape aku yang rusak lagi dirawat dikonter,
jadi deh aku ga smsan. Aku buka laptop bongkar koleksi e-book. Aku akhirnya
mutusin untuk baca Hapalan Surat Delisa-nya Tere Liye. Aku ngerasa sama kayak
Aisyah di cerita itu, aku juga jadi terharu baca bagian ini :
“.. sungguh saudara-saudara kita akan menjadi tameng api
neraka. Maka berbuat baiklah kepada mereka. Sungguh adik-kakak kita akan
menjadi perisai cambuk malaikat. Maka berbuat baiklah kepada mereka. Sungguh
saudara-saudara kita akan menjadi penghalang siksa dan himpitan liang kuburnya.
Maka berbuat baiklah kepada mereka.”
Sama kayak Aisyah yang malu, nyesel dan sedih inget
kesalahannya sama Delisa, aku juga sadar udah salah dengan ga pentingnya kesel
sama Abang sama Uce. Kalo dicerita itu Aisyah ngebuatin “jembatan keledai” (kertas
petunjuk) buat Delisa menghapal bacaan sholat sebagai permintaan maaf, maka aku
nulis ini untuk minta maaf :’)
Sama kayak setelah selesai baca buku laen. Aku juga
bersyukur karena bisa baca buku Hapalan Surat Delisa ini. Semua
pertanyaan-pertanyaan usil aku tentang segala hal yang terjadi disekitar aku
pelan-pelan dibahas di buku ini. Tentang segala macem firasat yang sering
dateng ke aku tanpa aku mau, tau dan bisa cerita ke orang lain. Tentang
keenggakmungkinan kita untuk mengerti semua hal. Tentang kita yang seharusnya
ga terlalu banyak tanya tapi cukup menerima, menerima kayak Delisa. Tanpa
penolakan. Tanpa pembangkangan, haha aku sering tuh ngebangkang. Finally, I
found the reason why I’m here with you all here around me. Just because so that
we can love each other, without questions or doubts. Aku jadi inget quote yang
dulu aku tulis waktu materi Love pusdiklat
“karena cinta bukan untuk dipertanyakan” J
PS. semua yang kita ga punya atau ga berhasil kita dapetin
selama ini mungkin sama alasannya sama punya Delisa, biar semua yang kita
lakuin bukan untuk siapa-siapa atau untuk apapun kecuali untuk Allah. Lagi-lagi
kayak kata Delisa “Delisa cinta Ummi karena Allah, Delisa cinta Abi karena
Allah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar