Bahagia itu sederhana, seperti saat Shubuh kita dibangunkan
dengan paksa dan dengan cara yang khas kakak kita untuk sholat Shubuh.
Bahagia itu sederhana, seperti saat selesai sholat dan
menyaksikan kakak kita yang sedang bercermin di cermin besar di lemari kamar
kita sambil memuja rambut bangun tidurnya yang tertata indah alamiah.
Bahagia itu sederhana, seperti saat ayah kita yang sedang
menonton acara ceramah pagi di televisi dengan sangat perhatian menyuruh kita
mandi.
Bahagia itu sederhana, seperti saat kita kebelet dan lega
mendapati toilet tanpa antrian dengan bak berisi penuh air bersih.
Bahagia itu sederhana, seperti kesegaran mandi pagi yang
tercipta dari tiap gayung air dan perpaduan wewangian, busa, dan gelembung
sabun dan shampoo, ditambah bonus conditioner rambut kakak kita yang lupa ia
bawa ke kamar.
Bahagia itu sederhana, seperti saat lamunan, imajinasi, dan
ide-ide segar bermunculan seraya sikat dan pasta gigi memanjakan gigi dan mulut
kita.
Bahagia itu sederhana, seperti saat kita menertawakan diri
kita sendiri ketika keluar dari kamar mandi dan mengingat betapa mudahnya kita
melupakan ide-ide hebat yang muncul saat kita di kamar mandi tadi.
Bahagia itu sederhana, seperti saat kita bercermin setelah
mandi dan menyadari betapa cantiknya kita meski hanya berkaos putih dan
bercelana pendek dengan wajah segar khas mandi pagi tanpa tambahan make-up
sedikitpun.
Bahagia itu sederhana, seperti saat kita kelaparan dan
mendapati sepiring nasi dan segelas susu yang telah sengaja ibu kita siapkan
untuk sarapan kita.
Bahagia itu sederhana, seperti saat pagi kita membuka
twitter dan menyaksikan orang-orang yang saling menyapa dan menyemangati di
timeline kita.
Dan bahagia itu sesederhana seperti saat kita melihat ponsel
kita, dan mendapati ada sms dari orang yang kita sayang menyapa “selamat pagi J”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar