Seperti mereka yang telah bosan mendengar cerita, sesekali
pendongeng pun bosan bercerita. Semua titik balik itu dimana gaya sama dengan
nol, menjadikannya diam. Saat tak ada lagi daya untuk berupaya, saat tak ada
lagi asa untuk merasa, diamlah yang kita dapati.
Banyak orang membicarakan mesin waktu. Mungkinkah itu
terjadi?
Aku sempat berpikir, barang kali kalaupun ada mesin waktu
itu, manusialah jawabannya. Manusia mampu kembali terhanyut dalam kenangan masa
lalu, manusia juga mampu sesekali mencicipi apa yang mungkin terjadi di masa
depan hanya dengan menghayal kapanpun dan dimanapun ia mau. Hati manusia
mungkin adalah remote controlnya. Melalui intuisi, sugesti dan segala perasaan,
hati manusialah yang pada akhirnya membukakan pintu-pintu masa lalu maupun jendela-jendela
imaji masa depan.
Sebenarnya jawaban-jawaban segala pertanyaan kita selalu ada
di sekeliling kita. Hanya kita saja yang terkadang terlalu sibuk hingga
akhirnya lupa dengan apa yang sebenarnya sedang kita cari. Iya, memang
begitulah manusia. Kita sering keasyikan dengan semua obsesi kita sampai
akhirnya mengabaikan apa-apa yang kita butuhkan.
Maka saat lelah mencari, berhentilah sejenak. Berdiamlah sebentar.
Agar apa-apa yang sedari tadi hanya mampu bergetar lemah mampu menunjukkan
dirinya. Agar kita manusia mampu mengerti keberadaannya. Terkadang tempat
mereka tak selalu diatas, bahkan di dasar. Membuat kita perlu menunduk dalam
untuk bisa menjamahnya. Menyadarkan kita untuk bisa melepas kesibukan dan sujud
kepadaNya. Karena sesungguhnya, jalan pulanglah jalan terbaik bagi para
musafir, bagi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar