Jumat, 29 Maret 2013

Sama rasa, beda cerita

Aku biasa memanggilnya Uce. Kata orang kami sangat mirip. Ya mungkin memang begitu.

Seperti halnya akhir-akhir ini, kami menjadi semakin mirip. Ya hanya mirip, tapi tetap berbeda.

Sebenarnya seharusnya aku menulis ini sejak kemarin, tapi apa daya aku baru berhasil mengumpulkan moodku sekarang.

Aku tertawa hambar menyadari kalau dua hari ini aku dan Uce mengalami hal yang sama tapi nyaris berkebalikan. Seharian berulangkali mp3 player Uce menyetel lagu Jet lag - Simple plan dari dalam kamarnya. Tepat di kamar sebelah Uce, aku tak ketinggalan melakukan hal yang sama, bedanya bukan Jet lag yang kusetel, melainkan salah satu lagu Taylor Swift yang berjudul The story of us.

Kami sama-sama sedang merindukan seseorang. Hanya bedanya, untuk Uce walaupun jarak dan perbedaan waktu membuat mereka terpisah, tapi setidaknya mereka masih saling memiliki dan masih bisa saling menyampaikan kalau mereka saling kangen. Sedangkan untukku ini justru kebalikannya, aku masih bisa bertemu dengannya dan masih selalu bisa melihatnya. Tapi kami tidak bisa lagi saling memiliki dan tidak boleh lagi menyampaikan kangen.

Semua ini begitu lucu, terlalu lucu bahkan. Tentang betapa tak ada satupun hal yang akan sempurna seperti yang kita mau. Sekali lagi membuatku tersadar bahwa tak semua yang jauh itu terpisah, dan tak semua yang dekat itu bisa bersama.

1 komentar:

  1. quote dibagian terakhir itu bikin gw nyes bgt smpe nusuk2! akh tstiiiiiiii!

    BalasHapus