Rabu, 18 Juli 2012

Pasal2smanda


Tadi gw nonton dream high di indosiar, drama korea yang walaupun hebohnya udah sampe ga heboh lagi tapi gw belum juga selesai nonton sampe ending. Ceritanya yang tentang persahabatan, mimpi dan segala macem hal di SMA bikin gw kangen sama pasal2smanda. Walau gw ga gaib (sebutan untuk aktivitas menggilai Korea), tapi gw kangen ngeliatin tingkah temen-temen gw saat mereka lagi ngegaib. Tapi bukan gaibnya yang pengen gw ceritain disini, melainkan tentang merekanya.

Sama kayak bumi, kelas gw terbentuk setelah melalui proses yang panjang dan cukup “hot”. Buat gw ga penting gimana awalnya kelas gw terbentuk, yang penting adalah moment-moment yang gw laluin bareng mereka. Mereka jadi bagian hidup gw dan gw juga jadi bagian dari hidup mereka itu menurut gw emang bukan suatu kebetulan. Kayak kata tumblr everything happens for a reason and now I know the reason, just to make me giving thanks to God to have you all in my life!

Amy       : mungkin Mr. T ga cukup berani untuk memperpacar temen gw satu ini haha, ya karena she’s just totally cool. Amy yang birthdaynya sama kayak gw ini adalah kebanggaan orang tuanya, gurunya, kepseknya, dan temen-temennya. Kalo lo ikut lomba dan amy jadi rival lo, siap-siap deh beli tisu :D

Mando : gw bingung deskripsiin orang satu ini, bisa-bisanya dia ini percaya aja sama apa yang gw omongin. Tiap dia galau dan cerita ke gw ya gw mah bantu aja kalo emang bisa. Mando ini setipelah sama Amy, rajin maju ke depan setelah upacara. Dia yang ga mau kalah sama yang laen dan kurang sabaran suka bikin orang laen ga ragu untuk ngajak berantem, but actually he’s a good boy.

Shaumi : kalo yang ini hobi banget tidur dan mencari kedamaian. Tiap dia galau intensitas deket-deket gwnya meningkat, kata dia gw menebar aura damai hahahaha. Tapi shaumi ini yang biasanya mengambil keuntungan biar ga dibully Ipan dengan ngebiarinin aja gw dibully.

Ama       : ama adalah orang yang gw ga perlu repot-repot ngomong karena dia udah ngerti. Bisa dibilang kita miriplah dalam hal bersendu dan bersensitif ria. Ya cuma kadang gw roaming banget tiap buka twitter ada ama dengan huruf kotak-kotaknya.

Bella      : nah umi satu ini paling enak dipeluk. Walaupun jadi uminya anak-anak, sebenernya umi ini yang paling imut, ga heran kalo om Edy cinta bener *ups. O iya karena rumah kita sama-sama diteluk, aku rajin nebeng sama umi dan om Edy.

Dedepe  : kalo Shaumi aman saat gw dibully, maka gw aman saat Dedepe dibully hihi. Tiap gw duet bareng dedepe, anak-anak kelas pasti langsung pada micingin mata.

Ipan       : ini ketua kelas dan ketua bullyer di kelas. Walaupun suka ngebully tapi Ipan ini ketua kelas yang baik yang selalu mengayomi kelasnya, cuma kadang bossy-nya yang suka ga nahan. Awal muawal gw jatuh cinta sama gundam 00 itu juga karena Ipan ini.

Mumus  : yang satu ini adalah cenayangnya kelas gw. Melihat yang ga orang lain lihat adalah hobbynya :D

Diane    : diane ini anak baik-baik yang kemudian jadi hobby dispen dan pulang sejak kenal gw. Karena pasis kita jadi deket banget, yaiyalah!

Jeje        : jeje ini kayak mama gw. Udah emang deket karena pasis juga trus Jeje ini sering nyuapin gw tiap kita makan bekal.

Mirna    : chairmate gw ini pernah bikin heboh kelas. Sama kayak kita dia juga remaja labil yang pernah bikin kesalahan. Walau begitu dia baik lho sama gw.

Fadlin    : lo ga akan ngerasa damai dan hening di kelas kalo ada orang ini. Hobi Fadlin ini ngedoktrin adek kelas biar masuk IPS.

Yudho   : anak pindahan bekasi yang pertama kali mempopulerkan lagu dimananya ayu ting-ting dikelas. Anak ini paling jago mencuri perhatian semua guru dengan rajin membolos haha.

Au          : au adalah partner terbaik gw untuk berkonyol-konyol ria. Kita suka berkelakuan aneh, satu spesieslah.

Perwira   : orang ini adalah orang yang sangat jujur, bahkan kadang terlalu jujur.

Ayu        : gw dulu suka diculik dengerin cerita dia dari zaman iunglitikum sampe zaman hapelitikum :p
Nanda   : engahnya hanif ini kalo ngomong dan bertindak itu lugas banget, tapi dibalik kelugasannya dia sangat dewasa, I think J

Anyi       : ini ibu tiri aku, sama dengan asalnya (Bali) anyi ini penuh pesona ihiy!

Nuke     : cewek baik hati ini adalah bukti nyata apa itu yang namanya cantik, ga heran kalo kita biasa manggil dia princess, habisnya mau diapain aja muka dia tetep cantik.

Feby      : feby ini baik cuma kadang apa yang dia maksud belum bisa dia sampein kayak apa yang dia maksud.

Grin       : ah gurin mah segalanya. Kadang dia lebih tau gw naro sesuatu dimana dibanding gw sendiri yang naro. Kita juga sama-sama sangat cinta anak kecil.

Paul       : We love Paul but we don’t love his father ^^v

Kalo kata abang gw mah, cinta datang karena terbiasa dan yeah itu bener banget. Manusiawi kalo kita pernah kesel dan berantem, yang ga manusiawi itu kalo kita tetep kesel dan berantem sampe ga bisa saling maafin. Apa yang dulu pernah kita ributin, sekarang udah ga penting lagi. Nilai, UN, dan segala salah paham di hari kemaren itu sekarang udah jadi kenangan semata. Yang terpenting sekarang adalah our belonging.

Gw setuju banget sama doa Ipan waktu H-1 UN kita yang intinya kira-kira Ya Allah berkahi semua orang yang membuat kami disini bersama.

Sorry, thanks, and love you all!

Senin, 16 Juli 2012

Yon sensei




Yon sensei, begitu aku dan teman-temanku biasa menyapanya. Beliau adalah guru bahasa Jepangku selama kelas 11 dan 12 lalu. Sehubungan dengan tulisan ini, sebelumnya aku telah terlebih dahulu bertanya pada teman-teman sesama murid Yon sensei tentang pendapat mereka terhadap Yon sensei. Dan akhirnya semua setuju bahwa Yon sensei pantas dikategorikan sebagai best teacher we’ve ever met. Berikut beberapa alasannya!

Pertama, Yon sensei adalah seorang idealistic ditengah kehidupan yang begitu realistic. Picingan mata dan pandangan sebelah mata dari orang-orang sekitarnya yang menganggap idealisme dimasa kini tak lebih penting dari kesadaraan akan realita kehidupan tak membuatnya goyah untuk sepenuh hati mendidik kami, bukan hanya sekedar mengajar kami. Dari beliaulah kami banyak belajar bahwa tak ada yang tak mungkin dalam hidup, bahwa semua hal dapat terjadi. Seperti saat kami dianugrahi seorang sensei seperti beliau yang hampir tak mungkin ditemui dilingkungan sekolah kami yang sarat duniawi. Dari beliau jugalah kami belajar bahwa saat kita menjalani hidup dengan baik dan benar, kita tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimana keburukan akan menjatuhkan kita. Jalani saja! Hiduplah dengan apa yang kita percayai dan beranilah bertanggung jawab dengan segala keputusan kita!

Kedua, dedikasi dan karakter Yon senseilah yang menjadikannya sebagai seseorang yang memang pantas dihormati. Meskipun hanya seorang guru honor dari pelajaran Bahasa Jepang yang notabene juga bukan pelajaran utama bagi kami, tak membuat Yon sensei setengah-setengah dalam mendidik kami. Bahkan dibanding guru lain yang sebenarnya lebih senior dari beliau pun, Yon sensei tidak pernah bolos dan telat dari jadwal mengajarnya.

Dalam mengajar Yon sensei  tidak peduli apakah kita bisa menulis atau membaca kana (huruf Jepang), yang terpenting adalah selama kita berada di kelas untuk menghargai dan ma uterus belajar. Saat memberi tugas beliau mengharuskan muridnya untuk berusaha terlebih dahulu bukan sekedar formalitas untuk nilai rapot. Tidak hanya itu saja, setiap tambahan tugas dari sensei artinya bertambah juga ilmunya. Saat semangat belajar kami sedang menurun, sensei tidak akan mengabulkan permintaan kami untuk hanya leha-leha dan bermalasan ria menyianyiakan waktu. Beliau akan mulai bercerita dan memotivasi kami, bahkan dari sekedar obrolan saja selalu terselip ilmu didalamnya.

And the last but not least, Yon sensei is a very humble person.  Disaat yang lain heboh dengan mobil-mobilnya yang berkilauan, Yon sensei dengan bangga naik kendaraan umum bersama murid-muridnya. Sama dengan dedikasinya, kedekatannya dengan murid-murid pun terjalin secara total bukan formalitas semata.

Pesan dari sensei yang paling saya ingat adalah ganbatte kudasai! Bukan sekedar semangat, melainkan lakukan dengan sungguh-sungguh!
Arigatou sensei! J

ke Jakarta


Ini cerita seminggu yang lalu. Pengalaman pertamaku benar-benar bertatap muka langsung dengan Jakarta. Sebelumnya saat aku membaca postingan mas ardiwilda dalam blognya, aku hanya membacanya sambil lalu, tidak benar-benar paham.
tulisan mas ardiwilda bisa dilihat di http://www.ardiwilda.com/2012/06/lima-untuk-tiga.html

Atas dasar mengejar cita-cita, aku merayu mama dan bapak untuk diizinkan ikut SIMAK UI. Selain soal-soalnya yang terkenal tak mudah, lokasi tes yang tidak ada di Lampung pun membuat proses-merayu-nya menjadi lebih sulit. Alhamdulillah, mama yang tak mau seumur hidup mendengar rengekanku menyesal karena tidak ikut SIMAK UI akhirnya mengizinkan. Seperti lirik lagu aku bisa AFI junior “setidaknya ku tlah mencoba”.

Untuk masuk UI sendiri pun sebenarnya ada tiga jalur. Pertama jalur snmptn undangan. Jalur ini berdasarkan akreditas sekolah, nilai rapor dan prestasi siswa. Alhamdulillah aku hanya diberi kesempatan untuk mendaftar tapi belum diterima. Jalur kedua yaitu jalur snmptn tertulis. Seperti namanya, jalur ini berdasarkan nilai ujian tertulis peserta yang diadakan serempak se-Indonesia pada tanggal 12-13 Juni 2012 lalu. Untuk jalur tertulis ini, setelah rapat panjang dengan orang tua, akhirnya disepakati win-win solution dimana pilihan pertama sesuai dengan keinginanku yaitu Ilmu Psikologi UI, ditambah izin mengikuti SIMAK UI dan pilihan kedua yang sesuai keinginan orang tuaku yang sangat berharap anak bungsunya untuk kuliah disini saja, tidak jauh-jauh dari orangtuanya yaitu Ilmu Komunikasi UNILA. Dan ternyata inilah yang kata banyak orang bilang ‘doa orang tua adalah segalanya’. Setelah maju satu hari dari rencana awal, pada tanggal 6 Juli 2012 pengumuman pun akhirnya tiba, aku lulus snmptn tertulis pada prodi pilihan kedua yaitu Ilmu Komunikasi UNILA. Tanpa benar-benar tau bagaimana perasaanku, akhirnya aku bersyukur juga, terlebih saat kutau banyak juga teman-temanku yang belum mendapatkan rejekinya.

Walaupun banyak mengalami perubahan, rencana berangkat ke Jakarta malam itu tetap aku lakukan. Dengan rencana dadakan yang sudah disusun ulang akhirnya aku ditemani kakakku berangkat juga ke Jakarta. Sekitar jam 12 malam aku berangkat dari rumah. Perasaanku malam itu sungguh-sungguh campur aduk, antara kecewa sampai ingin menangis karena belum berhasil masuk UI tapi tak jadi menangis karena takut disangka tak bersyukur padahal sudah diterima di UNILA, geregetan karena tak bisa ikut Akberkelas03 yang sudah aku tunggu-tunggu, sampai sangat excited karena ini pertama kalinya aku ke Jakarta dengan tanpa mobil pribadi alias ngeteng.

Sepanjang perjalanan beberapa kali kakakku menawariku untuk buang air kecil, tapi aku sungguh-sungguh tak minat. Aku sangat pemilih dalam ritual buang-buang. Tak ada jaminan toiletnya bersih membuatku tak bernafsu untuk buang air.

Bagian seru pertama dari perjalananku adalah saat kami harus naik Kopaja dari terminal yang--ah aku lupa namanya--ke rumah Budeku di daerah Ragunan. Walaupun sering mendengar keeksentrikan kopaja, tapi baru kali ini aku menaikinya dan aku benar-benar ‘terpesona’, maksudku ibukota negara mana lagi coba yang angkutan umumnya seperti ini?

Sampai dirumah Budeku, kami beristirahat sejenak untuk kemudian sorenya mengecek lokasi tesku. Lokasi tesku bertempat di SMKN 29 Jakarta Selatan atau yang lebih dikenal dengan STM penerbangan. Hanya perlu sekali naik metromini dari rumah Budeku untuk sampai disana.

Hari H akhirnya tiba, Minggu tanggal 8 Juli 2012, aku bersama peserta lain mengikuti SIMAK UI di lokasi tes kami masing-masing. Tes dimulai jam 10 pagi, tapi aku sudah sampai di SMK 29 sejak pukul 8 pagi. Membunuh waktu, aku berjalan-jalan di seantero SMK 29. Melihat-lihat dan secara naluriah mulai membanding-bandingkannya dengan sekolahku, SMAN 2 Bandar Lampung. Sudah barang tentu ada hal-hal yang hanya ada disini tapi tak ada disana dan sebaliknya. Setelah puas jalan-jalan, aku akhirnya berlabuh di mushola untuk sholat Dhuha, lumayan untuk menghilangkan nervous. Waktu ujian akhirnya datang juga, aku memasuki ruangan dan mulai menghitamkan lingkaran-lingkaran LJK yang harus aku hitamkan sesuai dengan data diri dan jawabanku atas soal-soal yang ada. Sama seperti tes-tes lainnya, tak banyak lagi yang kuingat pasca tes, sesuai dengan tweet info snmptn pada saat snmptn tertulis “datang, kerjakan, dan lupakan”.

Baru setelah ujian selesailah aku baru mulai merasa cemas dan gelisah. Itu semua tak lain karena aku ditantang untuk pulang sendiri ke rumah Budeku dengan naik metromini sendirian. Selama menunggu di halte, aku yang memang bodoh dalam mengingat berkali-kali merapal 75, 75, 75, nomor metromini yang harus aku naiki. Aku semakin parno saat lupa dengan pesan kakakku sebelumnya, “ah pasar apa ya? Pasar mangga apa pasar minggu ya? Tapi tadi dia bilang ada mangganya juga”. Aku semakin tak bisa duduk tenang saat aku tak kunjung ingat dan metromini 75ku pun tak kunjung datang. Sebenarnya bisa saja si kalau aku mau menelpon keluargaku untuk bertanya, tapi aku enggan. “masa payah banget, pulang sendiri aja ga bisa” begitu ucapku dalam hati. Aku lega saat akhirnya metromini dengan kaca ditempeli angka 75 dan bacaan P. Minggu singkatan dari Pasar Minggu datang “oooh akhirnya aku ingat, arah Pasar Minggu turun di mangga besar”. Cepat-cepat bersama penumpang lain aku berebut masuk.

Selama di metromini inilah aku baru benar-benar menyadari dan merasakan apa dan bagaimana Jakarta itu sebenarnya. Mungkin faktor sendirianlah yang tidak memberiku pilihan lain selain memperhatikan sekitarku. Seketika aku merindukan Bus Trans Bandar Lampung yang sering kunaiki sepaket dengan kenyamanan dan keramahan awak bus dan penumpangnya. Di kopaja ini, hanya perasaan ingin cepat-cepat turun yang kutemui. Sepanjang perjalanan, tak pernah kutemui orang--baik didalam kopaja maupun diluar kopaja--yang melakukan aktivitasnya tanpa berkerut kening. Deru mesin, umpel-umpelan penumpang dan bunyi klakson semakin menambah garang kota ini. Sekelebat spanduk-spanduk cagub dan cawagub diseantero jalan membuatku berfikir “kira-kira apa sebenarnya yang bisa mereka lakukan untuk Jakarta yang sudah sedemikian rupa ini?”. Akhirnya walau hanya bermodalkan ingatan yang seadanya, syukurlah aku sampai di rumah Budeku dengan selamat.

Rabu, 04 Juli 2012

Penulis


Saya ingat waktu itu, ketika saya sedang bermain twitter dan mendapati sebuah tweet dari (at)sindoradiofm. Tweet itu menginfokan bahwa mereka sedang bersama Andrea Hirata dan siapapun boleh memberikan pertanyaan, sudah tentu dengan hadiah menarik untuk pertanyaan terbaik. Siapa yang tidak tau mengenai Andrea Hirata? Saya pikir, setiap orang mengenal namanya apalagi orang-orang seperti saya yang berkeinginan menjadi seorang penulis juga, sudah pasti tidak menolak bila bisa menjadi penulis seprti Andrea Hirata. Maka sayapun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. I mean, it was a very big chance to know special thing from a special author.

Saya sangat senang saat akun twitter saya di-mention oleh (at)sindoradiofm karena mendapatkan hadiah atas pertanyaan saya. Keesokan harinya saya ditelpon oleh crew (at)sindoradiofm untuk menanyakan alamat saya berkenaan dengan akan dikirimnya hadiah. Si mb yang menelpon saya agak kaget saat tau saya tinggal di Lampung. Tebakan saya mungkin karena mereka tidak menyiapkan akomodasi pengiriman hadiah diluar pulau Jawa. Saya tertawa saja mendengar ekspresi kagetnya yang tersirat dalam suaranya. Akhirnya saya bilang, mereka tidak perlu mengirimkan hadiah itu karena mengetahui bahwa pertanyaan saya dianggap baik oleh seorang Andrea Hirata pun saya sudah senang. Tapi sebagai gantinya, saya meminta pada mb itu untuk mengirimkan rekaman jawaban dari mas Andrea Hirata atas jawaban saya, karena walaupun mereka bilang pertanyaan saya bagus tetap saja saya belum mendengar jawaban dari mas Andrea, apa gunanya coba?
Saat membuka e-mail saya dan mendapati rekamannya, saya langsung memplaynya. Dan wow!
Bagian awalnya selalu membuat saya senyum-senyum saat mendengarkannya. Berterimakasih atas pujian mas Andrea atas pertanyaan saya dan panggilan mb dan beliau untuk saya which at that time was still 17.  It was really a bright idea to listen to his answer!

Jawabannya membuat siapapun yang berniat menjadi seorang penulis harus kembali mengintropeksi dirinya. Menemukan kembali apa alasan ia menulis.
Kemudian setelah itu, yang kembali mengganjal di kepala saya adalah bukan tentang bagaimana seorang penulis yang sukses tapi lebih kepada apa sebenarnya definisi penulis itu?
Kalau setiap orang yang pernah menulis itu disebut penulis, sudah tentu hampir seluruh manusia pernah menulis, baik tulisan yang benar-benar sebuah tulisan ataupun hanya sekedar tugas karangan bahasa Indonesia. Lalu apakah seorang penulis itu mereka yang telah menerbitkan buku? Saat ini begitu banyak layanan self-publishing yang mempersilakan siapa saja untuk menerbitkan tulisannya baik tulisan itu layak atau tak layak disebut sebuah tulisan, tanpa sentuhan editor sedikitpun. Ditambah lagi, hobi baru saya untuk blog-walking mengantarkan saya pada blog-blog dengan tulisan-tulisannya yang tidak kalah menggugah dengan buku-buku dietalase toko buku. Untuk akhirnya menulis buku atau tidak itu hanya tinggal minat dan keputusan si blogger.

Saat saya kecil, sebenarnya saya sangat anti dengan yang namanya membaca. Segala hurufnya yang berderet membuat saya pusing melihatnya, kemudian kakak saya menyarankan komik tapi ternyata itu lebih parah. Urutan ballon pada komik yang sekenanya justru membuat saya sering salah membaca urutannya dan sudah barang tentu saya tak nyambung dengan ceritanya. Walaupun saya selalu ogah disuruh membaca, namun kakak-kakak saya-yang sudah hobi membaca lebih dulu-terus saja menyuguhkan buku-buku kepada saya. Kalaupun jalan-jalan saya selalu diajak ke toko buku. Mereka selalu menggambarkan kalau orang-orang yang suka menenteng buku dan rajin nongkrong di gramedia itu, keren. Saya kecil yang dengan mudahnya dipengaruhi akhirnya percaya saja. Pelan-pelan saya mulai sok-sokan suka membaca. Saat SMP saya mulai benar-benar suka membaca. Baru setelah membaca 5cm Dhonny Dirgantoro-lah saya memutuskan ingin menjadi seorang penulis.
Saya mau dan semoga mampu menjadi seperti Dhonny Dhirgantoro, Andrea Hirata, Ahmad Fuadi, Dee Lestari, Pramoedya Ananta Toer, Kristy Nelwan dan banyak nama-nama lain yang berhasil menggugah dan manyadarkan pembacanya melalui kata-kata yang mereka rangkai.
Karena kau menulis. Suaramu tak kan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari.
- Pramoedya Ananta Toer