Jumat, 18 Mei 2012

We found a love in a hopeless place


Dia mengambil buku pelajaran dan duduk di teras. Halaman demi halaman berlalu bersama beberapa orang yang lewat sambil memandanginya. Ya disini di tempat tinggalnya, seseorang yang belajar dan membaca buku bukanlah pemandangan yang biasa. Bahagia melihat putra-putrinya memakai toga bukanlah kebahagiaan yang sering terjadi di tempat ini.

Sebenarnya ia juga tak nyaman belajar dengan dipicingi mata-mata orang yang lalu lalang, tapi apa boleh buat. Rumahnya bukanlah rumah gedong yang nyaman untuk belajar. Rumahnya hanyalah sebuah bangunan dari papan-papan yang saling melengkapi berpadu dengan seng sebagai atapnya menjadikannya pengap bila berada di dalam rumah. Itulah alasan mengapa ia lebih suka belajar di teras dengan angin laut yang sesekali datang membelai kulit tropisnya. Sebenarnya ia bukan termasuk anak yang rajin belajar, akan tetapi ia terlalu mencintai orang tuanya hingga tak mau mengecewakan mereka.

Penat, ia tutup bukunya dan mengedarkan pandang ke sekeliling. Di rumah sebelah rumahnya, ia melihat Arif kecil yang baru saja keluar rumah dengan muka ngantuk khas tidur siang.  Mereka tidak tinggal di perumahan dengan halaman-halaman lebar dengan pagar-pagar pencakar langit. Disini tiap orang bisa saling melihat kesedihan dan kebahagiaan dari masing-masing rumah. Bagi mereka tak ada yang perlu dibatasi. Mereka membebaskan realita menggiring takdir mereka.

Tak lama Pak de Darno ikut keluar untuk memastikan cucunya (Arif) ada di teras. Disusul kepulangan Bu de Tri dari bekerja.
“aih dede kok udah bangun?” ucap Bu de Tri
“iya wong mati lampu. Kepanasan de e kipase mati.” Pak de Darno menjelaskan
“ooo kasian, yuk kita masuk. Mbah bawa ini nih” seraya menggoyang-goyangkan kantong plastik di tangan kanannya.

Kemudian mereka masuk ke dalam rumah, meninggalkannya sendiri bersama lamunan. Ia teringat dengan puisi-puisi bahagia itu sederhana yang akhir-akhir ini sering digembar-gemborkan di twitter. Yang barusan itu contoh nyata dari bahagia itu sederhana. Ia juga teringat dan setuju dengan pendapat Pramoedya Ananta Tur bahwa hidup lebih nyata dari kenyataan itu sendiri.

Bu de Tri sudah sejak bertahun-tahun yang lalu berangkat pagi pulang sore untuk membantu memanggang kemplang di dalah satu rumah produksi kemplang yang ada di daerah itu. Suaminya Pak de Darno hanyalah seorang penyervis elektronik yang bekerja kalau ada orang yang datang ke rumah dengan membawa TV atau radio untuk diperbaiki. Anak-anak mereka sudah besar dan sudah mengaruniai mereka cucu. Bagi mereka kabahagiaan itu adalah saat melihat cucu-cucu mereka duduk manis bersama-sama memakan kemplang.

Ia menyudahi acara belajarnya dan memutuskan untuk mandi sore. Di belakang ia melihat ibunya sedang bersama Pak de Sutris mengobrolkan pohon cabai ayahnya yang tumbuh subur di pekarangan belakang. Dari kamar mandinya, ia masih bisa mendengar obrolan mereka.

“iyo iki seng ragil arep masuk kuliah, mba’yu ne arep wisuda eh malah bapak e malah wis ra kerjo” ucap ibunya bercerita.
“iyo podo-podo. Sa iki sekolah susah, larang tenan.”

Sambil mandi pikirannya ikut melayang bersama obrolan ibu dan pak de Sutris.

“tadi Adel neng omah” lanjut pak de Sutris menceritakan Adel, cucunya.
“mbah, mbah kakung minta duit si mau jajan” menirukan suara Adel
“aku ngelus dodo ora eneng duit, terus inget nduwe paku-paku siso ngebangun tak jual neng nggone rongsokan, lumayan kanggo jajane Adel.”

Mandinya selesai. Ia tinggalkan ibunya, Pak de Sutris dan obrolan mereka. Selesai sholat Ashar ia menyapu rumah. Seperti biasa sambil menyapu ia menyetel musik dari mp3 handphonenya. Sambil menyapu ia meresapi lagu we found lovenya Rihanna, dalam hati ia sangat setuju. We found a love in a hopeless place.

Rabu, 16 Mei 2012

teruntuk Tuhan yang lebih tau bahkan tanpa aku menulis ini sekalipun

Tuhan, aku tau bahkan tanpa aku bercerita pun Engkau yang Maha tau. Aku sadar bahkan kalaupun mau bercerita seharusnya ini kulakukan diatas sejadah, tapi kali ini aku hanya ingin disini begini Tuhan. Aku hanya ingin. Aku tak tau apa alasannya  malah mungkin Engkau yang lebih tau. Ah Tuhan, mau bagaimana pun Engkau ya Tuhan.

Apakah kalian yang membaca tulisan ini bingung? Yasudah tutup saja, saya juga bingung kok. Biar Tuhan saja yang mendengarkan saya.
Tuhan, aku izin mengeluh ya. Hari ini aku lemes dan lebih sering menyadari detak jantung dan hembusan nafas lebih sering dari biasanya. Aku tidak merasa sakit ataupun sedih. Tapi.. hari ini entah berapa kali aku meresa hatiku (yang sebenarnya entah dimana) beberapa kali jatuh melengos darimanapun tempatnya berada, dan setelah itu aku merasa makin lelah.

Tuhan aku semakin meracau. Aku merasa tersaruk-saruk dengan pandangan kosong.

Tuhan aku merasa seperti teman yang buruk, anak yang kurang ajar dan umat yang tidak tau diri secara bersamaan. Perasaan-perasaan macam ini jarang ada yang memikirkannya. tapi kenapa aku tak pernah mampu mengabaikan hati dan perasaanku Ya Tuhan? bahkan sampai beberapa orang memandangku sebelah mata.
aku merasakan hal ini di semua bagian hidupku seperti keluarga, cinta dan persahabatan saja misalnya. jika aku tidak memintanya maka aku tidak akan mendapatkan bagianku, maka aku terabaikan. Tapi jika aku memintanya, aku terdengar seperti egois dan tidak tau diri. jadi Tuhan aku selalu dan selalu hanya berputar-putar.

Tuhan sudahan ya, aku lelah. Alhamdulillah Engkau selalu ada :')

Selasa, 15 Mei 2012

Bahagia itu sederhana


Bahagia itu sederhana, seperti saat Shubuh kita dibangunkan dengan paksa dan dengan cara yang khas kakak kita untuk sholat Shubuh.

Bahagia itu sederhana, seperti saat selesai sholat dan menyaksikan kakak kita yang sedang bercermin di cermin besar di lemari kamar kita sambil memuja rambut bangun tidurnya yang tertata indah alamiah.

Bahagia itu sederhana, seperti saat ayah kita yang sedang menonton acara ceramah pagi di televisi dengan sangat perhatian menyuruh kita mandi.

Bahagia itu sederhana, seperti saat kita kebelet dan lega mendapati toilet tanpa antrian dengan bak berisi penuh air bersih.

Bahagia itu sederhana, seperti kesegaran mandi pagi yang tercipta dari tiap gayung air dan perpaduan wewangian, busa, dan gelembung sabun dan shampoo, ditambah bonus conditioner rambut kakak kita yang lupa ia bawa ke kamar.

Bahagia itu sederhana, seperti saat lamunan, imajinasi, dan ide-ide segar bermunculan seraya sikat dan pasta gigi memanjakan gigi dan mulut kita.

Bahagia itu sederhana, seperti saat kita menertawakan diri kita sendiri ketika keluar dari kamar mandi dan mengingat betapa mudahnya kita melupakan ide-ide hebat yang muncul saat kita di kamar mandi tadi.
Bahagia itu sederhana, seperti saat kita bercermin setelah mandi dan menyadari betapa cantiknya kita meski hanya berkaos putih dan bercelana pendek dengan wajah segar khas mandi pagi tanpa tambahan make-up sedikitpun.

Bahagia itu sederhana, seperti saat kita kelaparan dan mendapati sepiring nasi dan segelas susu yang telah sengaja ibu kita siapkan untuk sarapan kita.

Bahagia itu sederhana, seperti saat pagi kita membuka twitter dan menyaksikan orang-orang yang saling menyapa dan menyemangati di timeline kita.

Dan bahagia itu sesederhana seperti saat kita melihat ponsel kita, dan mendapati ada sms dari orang yang kita sayang menyapa “selamat pagi J”.

titik balik?


Seperti mereka yang telah bosan mendengar cerita, sesekali pendongeng pun bosan bercerita. Semua titik balik itu dimana gaya sama dengan nol, menjadikannya diam. Saat tak ada lagi daya untuk berupaya, saat tak ada lagi asa untuk merasa, diamlah yang kita dapati.

Banyak orang membicarakan mesin waktu. Mungkinkah itu terjadi?

Aku sempat berpikir, barang kali kalaupun ada mesin waktu itu, manusialah jawabannya. Manusia mampu kembali terhanyut dalam kenangan masa lalu, manusia juga mampu sesekali mencicipi apa yang mungkin terjadi di masa depan hanya dengan menghayal kapanpun dan dimanapun ia mau. Hati manusia mungkin adalah remote controlnya. Melalui intuisi, sugesti dan segala perasaan, hati manusialah yang pada akhirnya membukakan pintu-pintu masa lalu maupun jendela-jendela imaji masa depan.

Sebenarnya jawaban-jawaban segala pertanyaan kita selalu ada di sekeliling kita. Hanya kita saja yang terkadang terlalu sibuk hingga akhirnya lupa dengan apa yang sebenarnya sedang kita cari. Iya, memang begitulah manusia. Kita sering keasyikan dengan semua obsesi kita sampai akhirnya mengabaikan apa-apa yang kita butuhkan.

Maka saat lelah mencari, berhentilah sejenak. Berdiamlah sebentar. Agar apa-apa yang sedari tadi hanya mampu bergetar lemah mampu menunjukkan dirinya. Agar kita manusia mampu mengerti keberadaannya. Terkadang tempat mereka tak selalu diatas, bahkan di dasar. Membuat kita perlu menunduk dalam untuk bisa menjamahnya. Menyadarkan kita untuk bisa melepas kesibukan dan sujud kepadaNya. Karena sesungguhnya, jalan pulanglah jalan terbaik bagi para musafir, bagi kita.

Sabtu, 12 Mei 2012

a lot of whys make you wise


Dari kemaren, pikiran gw sibuk menyuarakan segala hal yang gw juga ga tau darimana dan mau kemana.
Berawal dari kejadian kemaren siang :
I dislike the ones who are money oriented. I believe that this life is not only about the money. I don’t care if I get much or little money when I can do and share something for others. May be they think I’m not realistic, but I think I’m. I’m realistic cause I realize that happiness is not only about how much money you have, it’s about how many things you can do and share truly from your heart even without the feedback. Don’t the ones who are money oriented understand that money is only a little part of life, not that life itself!

Selanjutnya gw menyongsong hari dengan badmood. Saat gw badmood gw lebih milih diem. Ya, gw termasuk golongan orang yang kalo udah marah bakal diem seribu bahasa, bukan golongan yang bakal berisik berteriak-teriak kesana kemari membuat seluruh dunia tau kalo dia lagi marah. Dan di diemnya gw kemaren, gw nemuin alasan kenapa gw kalo marah diem. Ternyata saat gw badmood, tiap omongan yang keluar dari mulut gw bakal berintonasi tinggi alias marah. Gw ga suka banget saat ada orang yang ngomong ke gw dengan intonasi meninggi. Jadi mungkin itu alasan kenapa saat marah gw lebih milih diem, gw ga mau orang laen ngerasain hal yang sama seperti saat gw ngerasain betapa menyebalkannya ada orang yang ngomong dengan intonasi tinggi. Jadi saat kalian ketemu gw lagi badmood, tolong jangan diajak ngomong.

Ternyata sampe bangun tidur pun badmood gw belum sembuh. Terbukti dengan gw yang bangun tidur disambut dengan sakit kepala atas serentetan pertanyaan yang ga diundang. Sampe maghrib tadi, mereka belum juga pegi. Akhirnya gw sholat maghrib. Setelah sholat dan do’a, gw ga langsung udahan. Gw duduk dulu lamaaaaa banget ngobrol sama Yang Maha Kuasa. Lebih tepatnya sih gw yang banyak ngoceh dan Dia ngedengerin aja.

Ya Allah, kenapa ya manusia seneng banget memupuk kebencian dengan saling nyakitin? Kenapa ya banyak orang yang makin berumur tapi making a dewasa? Kenapa ya ada orang yang hobinya ngoreksi dan ngoleksi kesalahan orang laen tapi ketika kesalahannya disentuh dia marah? Kenapa ya ada orang yang bahkan ketika ada orang lain udah mohon-mohon ke dia untuk diem tapi dia ga juga mau diem? Dan parahnya, kenapa ya Ya Allah ada orang yang ngejadiin duka orang laen sebagai bahan bakar kebahagiaan hidupnya?

Fiuh!

Ya Allah, aku sering buka-buka dan baca-bacain blog-blog orang. Hampir di setiap blog, pasti ada postingan yang isinya tentang segala ‘kenapa’ penulis tentang hidupnya. Biasanya judulnya aja yang beda tapi intinya sama, tentang WHY.
Tiba-tiba saat mikirin ini semua gw nemu ini :
Why makin lama jadi makin banyak, jadi bisa ditulis Whys. Bunyi whys sama kayak bunyi wise. Dan kemudian muncul deh kalimat ini “a lot of whys make you wise”
SUBHANALLAH!

Rabu, 09 Mei 2012

yang hari ini bisa foto sama pacarnya, mantannya, gebetannya, bersyukurlah


Hari ini perpisahan. Tau kan gimana perpisahan? Dandan yang cantik pake kebaya dan hills super tinggi kemudian foto-foto. Bagian ini, kenapa? Bukan karena gw ga foto. Senyum gw ditiap “cekrekan” kamera tulus kok, tulus buat temen-temen gw. Tapi tetep ada yang kurang.

Saat ngeliat mereka yang bisa foto bahagia sama pacarnya, mereka yang dengan senyum seakan bilang “kita tetep temen kan?” foto bareng mantannya, atau mereka yang dengan malu-malu tapi mau minta dan foto bareng gebetannya. Semuanya tumpah ruah, termasuk perasaan gw yang kececer kemana-mana.

Pertama gw ga punya pacar ataupun mantan. Jangan tanya kenapa, capek jelasinnya. Kalo kurang kerjaan obrak-abrik aja ini blog. Gebetan? Ada, tapi beda sekolah. Oke end story.
Oh oke, ternyata belum end story, masih ada sedikit harapan. Kita lagi deket, dia punya motor, kenapa dia ga mampir aja? Dan ternyata dia lagi diluar kota yang jauuuuuuuuuuuuuuuuh yang bahkan disms pun pending. Boro-boro mau adegan romantis dimana tokoh ceweknya mengutuk hillsnya dan si cowok berbaik hati nemenin si cewek duduk manis manjain kaki, ngabarin hari ini gw perpisahan aja terhalang segala keterbatasan. Jadi inget pelajaran fisika, kalo gw ga salah jarak itu kecepatan dikali waktu. Jadi bisa disimpulin kalo kunci dari jarak (kayak kasus gw) adalah waktu. Kalo kata-kata bijaknya mah “semua akan indah pada waktunya”. Tapi sampe kapan? ._.

Masih dengan suasana pending, gw pun mengadukan nasib ke beberapa orang, ini dia :

Ke mb fitri : karena mb fitri suka photography, gw sampe bawa-bawa kamera analog untuk jelasin.
ibarat kalo foto pake kamera analog mah, filmnya masih banyak tapi yang difoto statis. Masa iya berenti moto? Tapi kalo nungguin objeknya mau sampe kapan? Kalo ganti objek juga belum ada yang klik (dan pasti chemistrynya beda). Kita ga tau lama nunggu objek baru dateng sama nunggu objek yang lama bergerak lagi itu lebih cepet yang mana (dan lebih baik yang mana).

Ke grin : beda sama Mb fitri yang suka photography, sms grin ngalir sampe ke kenapa dan abu-abu.
kenapa walau dia udah tau gw suka sama dia, dia masih juga belum ngasih jawaban, even sebuah permohonan untuk menunggu lebih lama ataupun berenti sekarang juga. Dan abu-abu, selalu diantara hitam dan putih. Ga jelas.

Mp3 that’s playing on : semua kata rindumu semakin membuatku tak berdaya, menahan rasa ingin jumpa

Selasa, 08 Mei 2012

tulisan tadi malem yang ketunda sampe pagi

pesan darinya bilang "siapakah pria itu?"
buatku berpikir, benar, kamu pria bukan anak laki-laki
tapi aku?
sepertinya masih anak perempuan dengan segala "atributnya"

aku anak perempuan
aku suka berimajinasi, sampai-sampai terkadang mengabaikan logika
aku penggambaran anak perempuan bungsu yang manja
aku berporos pada hati bukan isi kepala

mereka selalu bilang "coba nikmatin aja"
aku mencoba, berharap agar berhasil
ini seperti saat mereka menyuruhku tidur sebelum tengah malam
aku selalu mencoba, meski akhirnya hanya berhasil berpura-pura tidur

entah darimana datangnya perasaan dan pikiran ini
tentang keyakinan bahwa ini tak akan mudah
aku tau, maksudku aku sudah terbiasa dengan segala yang tak mudah
hanya satu yang kutakutkan
mungkinkah ini juga tak indah?
tapi keyakinan bersuara bahwa tak akan seperti itu,
ini akan indah!

lalu apa lagi yang mengganggu?

dan bila akhirnya indah, mengapa ketakutan ini harus mengiringi?
dan bila ternyata ini mudah dan indah,
mengapa hati dan pikiran ini harus bekerja terlalu keras memikirkan yang bukan-bukan
dan mengapa seakan aku si pemilik mereka tak mampu mengontrolnya
apakah aku sebegitu "boneka"nya terhadap diriku sendiri?

This feeling feels like I'm playing puzzle

seperti juga saat tiap malem sendirian di kamar yang udah gelep tapi belum bisa tidur
play the mp3 on di hape biar ga sepi
tapi kemudian dilema saat hape lowbat
kadang pilihannya kayak gitu
bahagia nyanyi dan kemudian hape mati
atau berdamai dalam gelap dengan hape tetep idup tapi ga ngapa-ngapain
*sigh*

Sabtu, 05 Mei 2012

sukaaaaaaa dan sedikit duka ikut akademi berbagi kemaren

jadi, kemaren tanggal 4 Mei 2012 ada acara akademi berbagi di cafe Babe di way halim. Susahnya tuh cafe babe adanya di way halim yang jauh banget dari rumah gw yang di teluk, mana acaranya malem pula, gw ga ada yang bisa nganter pula wah pokoknya paket ribet pake komplit deh. tapi rasa pengen gw emang keterlaluan, jadi deh berpetualang naek angkot bareng Feby (temen gw) pun gw oke aja. Lagian gw emang biasa kemana-mana ngangkot.

gw dari rumah jam setengah 6 sore, sampe di plaza pos pas maghrib. mampir bentar di masjid deket stasiun untuk sholat maghrib. Setelah sholat gw melanjutkan perjalanan naek angkot way halim sama Feby dengan sebelumnya ngerusuhin banyak orang dulu nanya gimana caranya ke Babe. Lucunya none of gw atau Feby tau dimana tuh cafe Babe haha.

Acara mulai jam 7 malem, tapi saat jam 7 angkot yang kita naekin kena macet parah di jalan urip sumoharjo selama hmm.. 40 menit ditambah 4 menit kereta lewat. Jelas dong kita telat :D
untung aja setelah turun angkot dengan sangat baik hati Mando dan Amy (temen gw juga) menjemput kami dengan sepeda motornya. Sepanjang jalan gw sih udah positive thinking aja "tenang tati, ini acara pasti valueable banget makanya mau duduk manis di cafe Babe aja susahnya minta ampun".

dan untungnya mantra "what you think is what you get" nya masih manjur. Walaupun gw sampe jam 8 malem (telat satu jam) tetep ada banyak hal keren yang gw dapet.Ga nyesel bangetlah pokoknya dateng kesana. Nih gw share beberapa point hasil tangkapan gw disana :



  • jangan lihat keterbatasan, lihat melampaui itu (cocok sama petuah BY di PASIS-ekskul gw, kemampuan melihat sesuatu dibalik sesuatu).
  • dengan ikhlas itu niscaya Tuhan akan memberi jalan.
  • lama program Indonesia mengajar biasanya setahun (sebelum berangkat selesain dulu komitmen yang mau ditinggal, jangan kabur gitu aja).
  • tentang rokok yang gw tanyain : moment yang pas, pelan (disini gw seneng banget waktu orang-orang tepuk tangan setelah gw bertanya, bukan karena prestise tapi karena dengan begitu gw tau ternyata di Indonesia ini masih banyak juga lho yang peduli untuk kampanye anti rokok. Great deh!)

  • aciiiik dipoto :p
    kakak PM yang ayahnya keren
    • kata ayah salah seorang PM "buku itu jendela dunia, tapi yang keluar lewat jendela itu biasanya maling. Jadi kalo mau keluar liat dunia nyata itu tetep butuh pintu. dan pintu dunia? ya persahabatan, maka bersosialisasilah (menurut gw ini best quote).
    • kata-kata yang mewakili Indonesia Mengajar : PENGHARAPAN, BERSYUKUR, LUAR BIASA, MASA DEPAN, SENYUM.
    • hidup itu bukan cuma buat hura-hura.
    • anak-anaklah yang akhirnya menguatkan.
    • pengetahuan adalah kekuatan, tapi karakter lebih dari itu.
    • there is no me time (karena emang hidup seharusnya dibagi kan?)
    • anak-anak : tepat janji, tepat waktu.
    • saat ada ide berbuatlah, jangan ditunda and don't too mind even cuma sekedar bikin bubur dan dibagiin ke tetangga ataupun nulis blog. Just do it!
    ya sedikitnya itulah yang gw dapet dari acara tadi malem karena gw udah dijemput dan udah harus pulang. Sampe rumah dibilang mama "kalo maen jangan malem-malem to dek" ya gapapa, gw sih nyengir aja. Tenang mom, ini investasi, untuk Indonesia yang lebih baik :))

    Kamis, 03 Mei 2012

    bicara tentang CEO Bakrie Group


    Setelah membaca beberapa artikel mengenai CEO di google, saya menyimpulkan bahwa sebenarnya CEO bukanlah seseorang dengan jabatan tertinggi, melainkan seseorang dengan jabatan (hanya) tinggi namun memiliki nilai sangat penting dalam perusahaan. Apabila dianalogikan ke dalam tubuh manusia, CEO bukanlah kepala melainkan tangan manusia.

    Dari tangan-tangan manusialah banyak hal luarbiasa tercipta, tentu dengan kepala dan isi kepala sebagai dalangnya. Begitu juga dalam perusahaan, ide yang luar biasa dari petinggi perusahaan tak mungkin terealisasi sempurna jika CEO-nya tak cakap dan tanggap. Oleh karena itu, kordinasi yang baik menjadi modal utama dalam sebuah korporasi.

    Sekarang apa yang akan saya lakukan bila seandainya saya adalah CEO Bakrie Group?

    Saat anda mendengar nama Bakrie Group, apa yang ada anda pikirkan? Uangkah?
    Ya, pencitraan yang muncul saat ini tentang Bakrie Group baru sekedar mengenai materi semata, jika adapun tentang beberapa bantuan yang diberikan Bakrie Group seperti halnya beasiswa Bakrie pun masih erat hubungannya dengan pernyataan “semata-mata untuk kepentinngan Bakrie sendiri”, tak banyak orang yang mengerti maksud baik yang tulus dibalik semua itu. Lalu apa yang sebaiknya dilakukan?

    Jika saya menjadi CEO Bakrie Group, saya akan membuat sebuah gebrakan dengan visi menghadirkan senyum di wajah orang-orang saat mendengar nama Bakrie Group. Untuk itu, kita perlu mengerti banyak pihak dan bahkan jika kita tidak mampu untuk mengerti, setidaknya kita mencoba untuk mengerti.

    Mencari manusia pintar (secara akademis) di Indonesia bukanlah hal yang sulit. Orang Indonesia dianugrahi otak yang encer oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tapi bicara tentang manusia yang berkarakter di Indonesia bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi dengan kalangan yang kesehariannya berkutat dengan uang dan ekonomi. Banyak pihak yang masih memandang sebelah mata. Banyak pihak yang masih ragu apakah kecerdasan seseorang dalam bisnis berbanding lurus dengan karakter dan kepribadiannya. Untuk itu, jika saya adalah CEO Bakrie Group, saya akan membuka beasiswa untuk jurusan baru yaitu Psikologi. Karena seperti yang kita tau, jiwa yang sehat adalah awal dari segala kebaikan. Psikologi adalah sebuah landasan yang akan memperhalus jalannya roda bisnis perusahaan. Mengerti banyak pihak dengan keprotokoleran yang berasas ilmu psikologi akan membukakan pintu-pintu peluang yang sebelumnya tergembok dengan kuat.

    Selasa, 01 Mei 2012

    ibu Indonesia



    Saat bicara tentang sosok kartini masa kini, banyak dari kita yang akan segera menghayalkan beberapa nama wanita karier terkemuka dengan jasa besarnya. Tidak salah memang. Namun bagi saya, kartini sejati adalah ibu saya.

    Ibu saya bukan orang terkenal, bukan juga pengusaha, desainer ataupun seseorang yang mendapat penghargaan karena menyelamatkan lingkungan atau semacamnya. Ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga yang memberikan yang terbaik untuk keluarganya sebagai persembahan terbaik kepada bangsa. Mama-begitu saya biasa memanggil beliau-selalu bilang “walaupun mama ga pinter, tapi anak mama harus pinter”. Pada masanya, sekolah bukanlah hal yang mudah, terlebih untuk seorang perempuan jawa. Menurut mama, mitos bahwa seorang perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya akan berakhir di dapur adalah salah. Justru karena perempuan nantinya akan menjadi istri dan ibu dalam keluarga, maka seorang perempuan haruslah sekolah dengan baik dan cerdas. Karena bahkan Rasul pun mengutamakan kedudukan ibu diatas ayah, bagaimana mungkin perempuan tidak perlu lebih cerdas?

    Menurut mama, semua berawal dari rumah termasuk sikap dan pola pikir anak-anaknya. Agar anak-anaknya cerdas, mama sadar kesehatan adalah faktor utama yang menunjang pembentukan otak. Maka sejak kecil, kami dilarang keras mengkonsumsi jajanan yang berbahaya bagi kesehatan seperti jajanan yang banyak mengandung pewarna dan pengawet. Tidak hanya itu saja, masakan di rumah pun bebas dari micin. Meskipun menurut orang lain mungkin kurang sedap, kami biasa saja karena sudah terbiasa sejak kecil.
    Setiap hari mama juga selalu menyiapkan susu, madu dan jamu sebagai penambah daya tahan. Mama yang perempuan jawa sudah secara turun temurun belajar dan mengajarkan kebiasaan meminum jamu. Orang Jawa percaya jamu sangat berkhasiat menjaga kesehatan dan memang sudah benar terbukti.

    Mama sering mengeluh saat melihat ibu-ibu muda saat ini yang membiarkan begitu saja anak-anaknya yang masih kecil mengkonsumsi jajanan sembarangan yang sekarang memang banyak beredar. Seharusnya seorang ibulah yang menjadi panutan utama sebuah keluarga, yang mengajarkan arti penting sehat dan kesehatan kepada anak-anaknya. Seharusnya seorang ibu rela mengorbankan sedikit waktunya untuk memasakkan makanan dan cemilan sehat bagi anak-anaknya. Bila setiap keluarga memiliki ibu yang menjunjung tinggi kesehatan, tak perlu diragukan lagi kalau negera tersebut pastilah sehat. Karena negara yang sehat berawal dari keluarga yang sehat.

    PS.  tulisan ini ditulis untuk mengikuti lomba blog yang diselenggarakan oleh Liza Fathiariani dan disponsori oleh Blogdetik , Kamoe Publishing Forum Lingkar Pena Aceh ,Piyoh Design , Rise Up Coffeehouse, Kedai Bandar Buku, falyadesign.com | Your Design Partner”