Senin, 11 Februari 2013

unselfishly

I've been a lady and you're not a boy anymore.

Malam ini aku punya cerita, aku ingin kamu yang jadi pendengarnya. Dua hari yang lumayan sibuk ini cukup untuk membuat kangenku menjadi-jadi. Bukannya kita tanpa sms-an, tapi mendengar suaramu sebelum tidur tetap bonus yang selalu kunanti.

Aku bilang padamu, aku minta didongengi. Kamu bilang "iya nanti ya aku makan dulu". Aku setuju dan aku menunggu. Cukup lama. Lalu smsmu masuk, menyapaku. Aku membalas. Kemudian lama lagi. Operator yang sering menjaili komunikasi kita membuatku terbiasa untuk berprasangka baik padamu. Kukirim lagi pesan untukmu "ga jadi ya ngedongengnya?". Masih lama, aku hampir paleng, aku hampir terlelap dan kemudian handphone-ku bergetar. Kamu menelpon dan jelas aku tersenyum.

Kamu mengaku tadi sempat ketiduran, ah manis sekali caramu jujur buatku merasa bersalah membangunkanmu. Aku tulus menyuruhmu melanjutkan tidur saja, tak perlu kita mengobrol malam ini, tapi katamu "gapapa, tidurnya nanti aja". Aku bercerita, kamu mendengarkan, kita tertawa dan aku telak kamu jaili. Aku tersipu tapi senang.

Makin malam, aku sadar kantuk dan lelahmu makin tak tertahan. Ah, sungguh aku masih ingin mendengar dan didengar. Tapi seperti halnya kamu yang mengerti aku, aku pun ingin mengerti kamu. Ku bilang "udahan aja ya nelponnya, kamu udah ngantuk", kamu tetap bilang "nanti aja". Aku tetap merayu agar kamu setuju untuk tidur, akhirnya walau dengan enggan, aku tetap tersenyum dan klik kuputus panggilan ini setelah mengucap dan mendengar good night darimu. Have a nice dream, my dear! :')

All the little things like these that make our belonging special. Betapa manisnya walau kamu sudah mengantuk tapi kamu tetap penuhi janjimu untuk menelpon aku. Betapa senangnya aku untuk bisa wisely memintamu tidur meski sebenarnya masih sangat ingin melepas kangen.

You show me how to love unselfishly~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar