Selasa, 15 Mei 2012

Bahagia itu sederhana


Bahagia itu sederhana, seperti saat Shubuh kita dibangunkan dengan paksa dan dengan cara yang khas kakak kita untuk sholat Shubuh.

Bahagia itu sederhana, seperti saat selesai sholat dan menyaksikan kakak kita yang sedang bercermin di cermin besar di lemari kamar kita sambil memuja rambut bangun tidurnya yang tertata indah alamiah.

Bahagia itu sederhana, seperti saat ayah kita yang sedang menonton acara ceramah pagi di televisi dengan sangat perhatian menyuruh kita mandi.

Bahagia itu sederhana, seperti saat kita kebelet dan lega mendapati toilet tanpa antrian dengan bak berisi penuh air bersih.

Bahagia itu sederhana, seperti kesegaran mandi pagi yang tercipta dari tiap gayung air dan perpaduan wewangian, busa, dan gelembung sabun dan shampoo, ditambah bonus conditioner rambut kakak kita yang lupa ia bawa ke kamar.

Bahagia itu sederhana, seperti saat lamunan, imajinasi, dan ide-ide segar bermunculan seraya sikat dan pasta gigi memanjakan gigi dan mulut kita.

Bahagia itu sederhana, seperti saat kita menertawakan diri kita sendiri ketika keluar dari kamar mandi dan mengingat betapa mudahnya kita melupakan ide-ide hebat yang muncul saat kita di kamar mandi tadi.
Bahagia itu sederhana, seperti saat kita bercermin setelah mandi dan menyadari betapa cantiknya kita meski hanya berkaos putih dan bercelana pendek dengan wajah segar khas mandi pagi tanpa tambahan make-up sedikitpun.

Bahagia itu sederhana, seperti saat kita kelaparan dan mendapati sepiring nasi dan segelas susu yang telah sengaja ibu kita siapkan untuk sarapan kita.

Bahagia itu sederhana, seperti saat pagi kita membuka twitter dan menyaksikan orang-orang yang saling menyapa dan menyemangati di timeline kita.

Dan bahagia itu sesederhana seperti saat kita melihat ponsel kita, dan mendapati ada sms dari orang yang kita sayang menyapa “selamat pagi J”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar