Selasa, 15 Mei 2012

titik balik?


Seperti mereka yang telah bosan mendengar cerita, sesekali pendongeng pun bosan bercerita. Semua titik balik itu dimana gaya sama dengan nol, menjadikannya diam. Saat tak ada lagi daya untuk berupaya, saat tak ada lagi asa untuk merasa, diamlah yang kita dapati.

Banyak orang membicarakan mesin waktu. Mungkinkah itu terjadi?

Aku sempat berpikir, barang kali kalaupun ada mesin waktu itu, manusialah jawabannya. Manusia mampu kembali terhanyut dalam kenangan masa lalu, manusia juga mampu sesekali mencicipi apa yang mungkin terjadi di masa depan hanya dengan menghayal kapanpun dan dimanapun ia mau. Hati manusia mungkin adalah remote controlnya. Melalui intuisi, sugesti dan segala perasaan, hati manusialah yang pada akhirnya membukakan pintu-pintu masa lalu maupun jendela-jendela imaji masa depan.

Sebenarnya jawaban-jawaban segala pertanyaan kita selalu ada di sekeliling kita. Hanya kita saja yang terkadang terlalu sibuk hingga akhirnya lupa dengan apa yang sebenarnya sedang kita cari. Iya, memang begitulah manusia. Kita sering keasyikan dengan semua obsesi kita sampai akhirnya mengabaikan apa-apa yang kita butuhkan.

Maka saat lelah mencari, berhentilah sejenak. Berdiamlah sebentar. Agar apa-apa yang sedari tadi hanya mampu bergetar lemah mampu menunjukkan dirinya. Agar kita manusia mampu mengerti keberadaannya. Terkadang tempat mereka tak selalu diatas, bahkan di dasar. Membuat kita perlu menunduk dalam untuk bisa menjamahnya. Menyadarkan kita untuk bisa melepas kesibukan dan sujud kepadaNya. Karena sesungguhnya, jalan pulanglah jalan terbaik bagi para musafir, bagi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar